Tanggal 1 Desember,
setiap tahunnya selalu diperingati sebagai Hari AIDS Sedunia. Namun Epidemi
penyakit HIV/AIDS terus melaju bagai banjir bandang yang tak terbendung. Berdasarkan
data resmi Kementerian Kesehatan Indonesia, sudah 26.400 orang penderita AIDS
dan 66.600 orang terinfeksi / positif HIV. Dari angka itu lebih dari 70 persen adalah generasi muda usia produktif yang
berumur antara 20-39 tahun. Bahkan,
Indonesia merupakan negara dengan penularan HIV tercepat di Asia Tenggara. Yang
lebih memprihatinkan lagi bahwa pengidap HIV bukan hanya kelompok risiko tinggi
saja, tetapi juga dari kalangan keluarga dan masyarakat biasa, termasuk ibu-ibu
rumah tangga. Fakta yang mencengangkan ini diungkap oleh Komisi Penanggulangan
AIDS (KPA) Provinsi DKI Jakarta bahwa kalangan tenaga nonprofesional/karyawan
menempati urutan tertinggi pengidap HIV/AIDS di DKI Jakarta. Selain karyawan,
posisi tertinggi kedua pengidap HIV/AIDS adalah ibu rumah tangga disusul oleh kaum
wiraswasta. Ketiga kelompok ini bisa
dikatakan minim risiko oleh karena memiliki edukasi cukup, termasuk informasi
seputar HIV/AIDS dan risikonya, kenyataannya tidak demikian. Kadang, pendidikan
tidak berjalan beriringan dengan perilakunya. Banyak orang mengetahui risiko
HIV/AIDS dan penyakit kelamin lainnya, tapi menganggap diri tidak mungkin akan
terperosok ke dalamnya. Mereka membodohi diri sendiri. Mereka berpikir hal itu
tidak akan terjadi kepada dirinya. Dari data orang dengan HIV AIDS (Odha) yang
mengetahui dirinya terinveksi HIV hanya sekitar 20 persen. Dengan kata lain
terdapat delapan dari 10 orang tidak mengetahui bahwa dirinya sudah terinveksi
HIV dan berisiko menularkan kepada orang lain. Hal ini juga turut andil dalam
peningkatan kasus HIV di Indonesia.
Berbeda dengan data lima
tahun silam, penderita HIV / AIDS kebanyakan dikarenakan oleh penggunaan jarum
suntik bergantian oleh pengguna narkoba, saat ini perilaku heteroseksual atau
seks bebas menjadi penyebab dominan dalam penyebaran HIV / AIDS di Indonesia. Pada
tahun 2006, kecenderungan transmisi HIV / AIDS di Indonesia didominasi oleh
jarum suntik mencapai 54,42 persen, sementara seks bebas hanya 38,5 persen.
Kondisi tersebut berbalik 180 derajat pada lima tahun kemudian dengan
persentase jarum suntik menurun jadi 16,3 persen, sementara seks bebas meningkat
76,3 persen. Artinya, mayoritas penularan HIV/AIDS di Indonesia saat ini dilakukan
melalui hubungan seks. Penderita dapat terinfeksi HIV dari
orang-orang yang telah terinfeksi. Darah, cairan vagina, air mani, serta air
susu orang yang terinfeksi memiliki virus HIV dalam jumlah yang cukup untuk
dapat menginfeksi orang lain. Kebanyakan orang terinfeksi oleh karena ; berhubungan
seks dengan orang yang terinfeksi, berbagi jarum suntik dengan orang yang
terinfeksi, terlahir dari ibu yang terinfeksi atau minum air susu ibu yang
terinfeksi, memperoleh transfusi dari darah yang terinfeksi dan penyebab yang tidak
diketahui. Tidak pernah ada
bukti bahwa HIV dapat ditularkan melalui air mata atau air liur, namun orang
mungkin dapat terinfeksi melalui seks oral, atau pada kasus-kasus yang sangat
jarang, melalui ciuman dalam, khususnya bila orang tersebut memiliki luka
terbuka di dalam mulut atau mengalami gusi berdarah. Berbagai upaya telah
dilakukan oleh pemerintah dalam penanggulan masalah HIV dan AIDS.
Akan tetapi epidemi HIV
dan AIDS terus akan berlanjut seiring dengan maraknya seks bebas dan pemakaian
narkoba suntik. Mungkin perlu adanya
perubahan perilaku walaupun sedikit saja apabila tidak dapat merubah secara
radikal drastis. Perlu diingatkan kembali bahwa virus HIV itu berada di dalam
cairan darah, cairan vagina, air mani, serta
air susu orang yang terinfeksi. Sehingga ada usaha atau perilaku untuk menghindari
kontak dengan cairan tubuh tersebut, apalagi cairan tersebut berasal dari orang
yang tidak diketahui status serologisnya (reaktif-HIV) dengan jelas. Dan satu
hal yang menjebak bahwa mereka yang telah mengidap HIV tidak menunjukkan gejala
sakit atau tampak sehat-sehat bahkan hasil tes HIV mereka belum menunjukkan
HIV-positif. Gejala sakit akan nampak 4-10 tahun kemudian setelah penderita
masuk pada status AIDS.
Berikut ini adalah tips merubah
perilaku agar terhindar dari kontak dengan cairan tubuh yang patut diduga
mengandung virus HIV.
1. Cairan Darah atau Produk Darah Lainnya.
-
Transfusi darah sudah merupakan
terapi cairan yang tidak dapat dihindari bahkan dapat menyelamatkan jiwa bila
dilakukan dengan benar. Darah Donor yang diolah oleh Unit Transfusi Darah sudah
disaring bebas dari HIV dan bibit penyakit lainnya yang dapat ditularkan
melalui cairan darah. Oleh karena jangan sekali-kali menggunakan darah donor
tanpa melalui Unit Transfusi Darah.
-
Hindari kontak tubuh dengan cairan
darah tanpa menggunakan alat pelindung diri. Oleh karena dikuatirkan kulit kita
tidak utuh (lecet atau luka) sehingga cairan darah tersebut dapat masuk
langsung ke tubuh kita.
-
Jangan menggunakan alat-alat yang
diduga sudah kontak dengan cairan darah secara bergantian tanpa disterilkan
terlebih dahulu. Sedapat mungkin gunakan alat secara pribadi atau disposable
sekali pakai. Alat-alat tersebut misalnya ; jarum suntik, jarum tato, pisau
cukur, gunting kuku, pencet jerawat dan alat-alat lainnya seperti alat pemuas
seks.
2. Cairan Sperma atau Cairan lainnya dari alat Kelamin Pria.
-
Jangan membuang atau menyemprotkan
cairan sperma Anda di sembarang tempat atau berganti-ganti pasangan seks.
-
Yakinkan pula pasangan Anda Jangan
melakukan hubungna sex bebas berganti-ganti pasangan.
-
Jangan menumpahkan cairan sperma Anda
di mulut (oral seks) atau di dubur (anal seks) pasangan Anda baik homo atau
hetero. Oleh karena mulut dan dubur
mudah lecet saat berhubungan seks lagipula cairan sperma yang ada di dubur
tidak mudah tumpah keluar (dibersihkan) dibandingkan yang ada di vagina.
-
Jika Anda tidak dapat menghindari
perilaku seksual seperti di atas, sebaiknya berubahlah sedikit saja dengan memakai
kondom yang baik dengan benar ketika berhubungan seks.
3. Cairan Vagina atau Cairan lainnya dari Liang Senggama
-
Hindari penis Anda kontak dengan
berbagai merek cairan vagina dengan kata lain berganti-ganti pasangan seksual.
-
Jangan melepaskan dahaga haus anda
dengan cairan vagina dengan kata lain hubungan seksual oral–vagina baik
pasangan hetero maupun ganda putri (lesbian)..
-
Bila Anda tidak dapat meninggalkan
kegemaran tersebut, maka berlindunglah dengan jaket karet atau kondom.
4.
Air Susu Ibu.
-
Bagi pengidap HIV sebaiknya jangan
menyusukan bayinya.
-
Bagi bayi-bayi raksasa (kaum adam)
penggemar susu segar sebaiknya jangan berganti-ganti kandang untuk memerah
susu.
-
Perahlah susu segar yang ada
dikandang sendiri agar Anda aman
Demikianlah sumbangsih tulisan ini menyambut Hari AIDS
Sedunia semoga dapat sedikit merubah perilaku Anda.